Rabu, 30 Mei 2012

Jaga Anak bukan kekerasan

Menurut seorang pengamat anak-anak Dra. Mazdalifah, Ph.D, tayangan kekerasan adalah yang menampilkan adegan kekerasan dari tingkat ringan seperti kata-kata kasar, makian, cacian, sampai ke tingkat berat seperti adegan membunuh.
Hampir semua stasiun televisi di Indonesia menampilkan adegan kekerasan sebagai menu utamanya.

Anak-anak meniru
Hasil pengamatan Mazdalifah menunjukkan  anak-anak balita  telah melakukan beberapa peniruan terhadap apa yang telah mereka tonton di televisi.
Hal itu  mereka lakukan, karena hampir setiap hari menyaksikan bermacam adegan, termasuk di dalamnya kekerasan.
"Saat ini banyak stasiun televisi yang menayangkan sinetron, pada jam utama yang banyak bermuatan kekerasan, baik dalam bentuk kekerasan ringan seperti, ucapan kasar maupun kkerasan berat seperti tindakan membunuh," katanya.
Secara sederhana, katanya,  bentuk peniruan yang dilakukan anak-anak adalah ucapan kasar dalam permainan dengan teman sebaya.
Atau mereka menendang, memukul, mendorong, saat bermain dengan temannya. Televisi mendorong anak meniru dan melakukan tindakan menyerang.
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait mengatakan sangat banyak adegan yang tak pantas dilihat anak-anak itu dalam berbagai sinetron, berita atau tayangan reka ulang kasus pembunuhan yang ditayangkan televisi.
Banyak orangtua yang datang ke Komnas PA dengan kasus anaknya mencoba bunuh diri mengatakan, anak-anaknya sering nonton berbagai tayangan kekerasan di televisi tanpa pengawasan atau bimbingan orangtua.
"Padahal, anak-anak kan belum bisa menilai mana yang baik dan buruk. Ibaratnya mereka itu seperti kertas putih yang bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mulai faktor keluarga dan lingkungan," ujarnya.
Komnas  PA juga menyebutkan, berdasarkan penelitian dari tahun 2006 hingga akhir 2009,  terungkap sebanyak 68 persen tayangan di 13 stasiun televisi mayoritas mengandung kekerasan.
"Tidak ada pilihan (tayangan) buat anak.  KPI lemah karena mandatnya lemah. Dia hanya bisa memberi sanksi administrasi," katanya.
Memang televisi bisa berdampak kurang baik bagi anak-anak, tetapi melarang mereka sepenuhnya untuk menonton televisi juga tidak tepat.Yang lebih bijaksana menurut Ketua Komnas PA adalah mengontrol tayangan televisi bagi anak-anak.
"Setidaknya anak-anak diberi pemahaman tayangan mana yang bisa mereka tonton dan mana yang tidak boleh. Orangtua perlu mendampingi anak-anaknya saat menonton televisi. Selain membangun komunikasi dengan anak, hal ini bisa mengurangi dampak negatif televisi bagi anak. Kebiasaan secara sehat ini mesti dimulai sejak usia dini," katanya.
Di lain pihak, pengelola program tayangan televisi pun punya tanggungjawab untuk melakukan penyaringan acara-acara yang seronok, apalagi tayangan-tayangan iklan dengan menampilkan kemulusan kulit perempuan yang bisa disebut 70 persen sudah telanjang.
Tentang kewenangan KPI yang katanya berperan sebagai lembaga pengontrol program tayangan televisi, dia mempertanyakan sudah seberapa banyak tayangan televisi yang berhasil dihentikan karena tidak sesuai dengan aturan dan budaya Indonesia.
Pakar komunikasi Undip Triyono Lukmantoro mengatakan, aksi kekerasan yang ditayangkan di televisi sebaiknya jangan dipertontonkan secara eksesif.
Dia mendukung langkah Dewan Pers yang kemudian meminta stasiun-stasiun televisi untuk menstop menyiarkan peristiwa kekerasan.
"Media televisi memiliki kekuatan visualisasi luar biasa yang bisa memengaruhi penonton untuk meniru apa yang ditayangkan. Apalagi, jika penontonnya adalah kalangan anak-anak," katanya.
Menyikapi tayangan aksi kekerasan di televisi, dia berpendapat, seharusnya yang paling berperan aktif adalah KPI atau KPID. Mereka harus bersikap ketika melihat televisi yang eksesif menyiarkan aksi kekerasan.
Pendapat Triyono agaknya patut disimak, KPI dan KPID harus lebih responsif dalam mengawasi program siaran lembaga penyiaran dan jangan menunggu pengaduan dari masyarakat, sekaligus mengantisipasi ditayangkannya aksi kekerasan secara eksesif.
Ke depan, perlu ada pengawasan lebih ketat terhadap tayangan televisi, terutama yang berbau kekerasan dan seksualitas.

2nd Anniversary Radio gema Bungo FM

Best Ffriend's